SALAH satu tonggak penting sejarah musik terjadi 25 tahun lalu, tanggal 15
Februari 1979, ketika Barry Alan Crompton, Robin Hugh, dan Maurice Ernest Gibb
menerima lima anugerah di panggung Grammy. Prestasi fenomenal itu dicatat Bee
Gees melalui film disko, Saturday Night Fever (1977), sebuah ikon kultural
terpenting dalam sejarah musik disko. MEREKA merebut anugerah kategori Album
Terbaik yang berjudul sama dengan film yang dibintangi John Travolta itu. Ketiga
putra asal Inggris itu juga merebut gelar teratas kategori Penampilan Vokal Pop
Terbaik Oleh Duet Atau Grup lewat lagu Night Fever. Anugerah ketiga yang mereka
sabet pada ajang Grammy yang ke-20 itu adalah kategori Aransemen Suara Terbaik
lewat lagu Stayin’ Alive. Hadiah keempat, Penampilan Vokal Pop Terbaik Oleh
Kelompok melalui nomor How Deep Is Your Love, dan yang terakhir Produser Terbaik
untuk album Saturday Night Fever. Berkat album itu, Bee Gees juga mencatat
sejarah menjadi satu-satunya kelompok yang lima karyanya bercokol di ajang Top
Ten Hits dalam waktu yang bersamaan. Tiga dinyanyikan Bee Gees (How Deep Is Your
Love, Stayin’ Alive, dan Night Fever) dan dua dibawakan orang lain, yakni If I
Can’t Have You (Yvonne Elliman) serta More Than A Woman (Tavares).
Dalam kurun waktu lima dekade, kisah tentang Bee Gees diwarnai oleh lika-liku kebangkitan
sekaligus keruntuhan sebuah institusi yang sangat mempengaruhi sejarah musik
modern. Mereka sudah bernyanyi bahkan ketika suara Robin dan Maurice belum
"pecah" menjadi remaja akil balig di akhir dekade 1950. Mereka menjadi penulis
-penulis musik yang ulung dan komersial sepanjang dasawarsa 1960. Setelah
terbanting habis ketika dekade berganti menjadi 1970, Bee Gees bangkit kembali
lewat pengakuan Grammy itu. Dan mereka tetap bertahan dengan menjalani sebuah
progres dan proses yang penuh kejutan dengan warna musik yang bisa sangat
berbeda-beda. Bee Gees berada di urutan kelima pada daftar Rekaman Terlaku
Sepanjang Masa di belakang Elvis Presley, The Beatles, Michael Jackson, dan Paul
McCartney. Album Saturday Night Fever dan Spirits Having Flown (1979) terjual
lebih dari 15 juta keping dan sampai sekarang masih saja laku di pasar
internasional. Apa yang membuat Bee Gees menjadi legendaris? "Kami bernyanyi
mengikuti jejak The Beatles dengan apa yang Anda sebut dengan harmoni yang
alami. Itu artinya Anda mengeluarkan suara yang pas dengan sebuah harmoni," kata
Robin dalam acara Larry King Live yang ditayangkan stasiun televisi CNN tahun
2003. Barry dan dua adik kembarnya, Robin serta Maurice, lahir dari keluarga
pemusik. Ibu mereka, Barbara, seorang penyanyi andal. Sementara sang ayah,
Hughie, mempunyai band yang menghibur penumpang feri di sekitar Liverpool. "Ayah
di rumah sering memutar lagu-lagu Glenn Miller dan The Mills Brothers," kenang
Maurice, yang tutup usia 12 Januari 2003. "Ayah menyukai harmoni suara mereka
dan mengajarkan kami bagaimana melakukan hal itu," lanjut Maurice yang akrab
dipanggil Mo itu kepada wartawan majalah Mojo edisi Juni 2001, Johnny Black.
Keluarga Gibb pindah ke Manchester tahun 1957. Kebetulan, di dekat rumah mereka
ada sebuah bioskop yang mengundang para remaja untuk berpentas ketika pemutaran
film memasuki saat jeda. "Dengan modal gitar milik Barry, kami membawakan lagu
-lagu yang biasa kami nyanyikan di rumah, seperti Lollipop atau Book Of Love.
Dan biasanya penonton berdiri untuk bertepuk tangan," lanjut Mo. Bersama
beberapa teman, Gibb bersaudara membentuk band The Rattlesnake. Suatu saat,
ketika mereka berjalan pulang ke rumah, Barry mengucapkan kalimat yang sangat
terkenal dalam sejarah Bee Gees. "Suatu hari kelak, kita akan terkenal," kata
Barry, yang diiyakan dan sangat dipercayai oleh kedua adiknya. Ketiga bersaudara
itu dikenal sebagai remaja sangat nakal dan sering berbuat kriminal, seperti
membakar toko, merusak rumah tetangga, atau berkelahi. Barry sempat dijebloskan
ke penjara sebentar, sementara Robin yang agak sadistis pernah mau ditangkap
polisi karena membakar sebuah billboard. Keluarga Gibb pindah ke Australia tahun
1958 yang membuka peluang bagi tiga putranya mengembangkan karier profesional
yang akhirnya berpuncak pada ditandatanganinya kontrak rekaman dengan Festival
Records bulan Januari 1963. Setelah selama bertahun-tahun malangmelintang di
panggung dan di studio, Bee Gees baru mencetak hit Spicks And Specks. Seperti
grup-grup Australia lainnya, Bee Gees merasa tidak akan berkembang jika tinggal
di Negeri Kanguru itu. "Kami kenal beberapa teman. Mereka pindah ke Inggris
untuk mencetak hit. Jika mereka bisa, kami pun tidak mau kalah. Meskipun banyak
yang tidak setuju, kami akhirnya meninggalkan Australia," kenang Barry. Dalam
perjalanan ke Inggris dengan kapal laut awal tahun 1967, Bee Gees mengenal obat
stimulan dexedrine. "Kapal kami mampir di India, Timur Tengah, sampai di Cairo.
Ternyata, di kapal berbagai jenis narkoba yang membuat kami seperti terbang
dengan pesawat ke Inggris," lanjut Barry. Sekalipun berbekal hit Spicks And
Specks, tidak ada promotor yang tertarik kepada Bee Gees. Namun, manajer The
Beatles, Brian Epstein dari NEMS, meminta rekannya, Robert Stigwood untuk
mencoba Bee Gees. Dan pada 24 Februari 1967, Bee Gees menandatangani kontrak
lima tahun dengan NEMS dengan gaji 25 poundsterling per minggunya. McCartney dan
gitaris ulung Eric Clapton yang diminta Stigwood untuk menilai Bee Gees,
mengatakan tiga bersaudara itu pasti akan menjadi band besar. Dan mereka pun
dengan cepat bergaul dengan tokoh-tokoh rock yang suka nongkrong di klub
Speakeasy, seperti The Beatles, Rolling Stones, atau The Who. "Gitaris The Who,
Pete Townshend, mengenalkan saya dengan John Lennon," kata Barry. Namun, Lennon
ternyata lebih dekat dengan Mo dan mengajari dia memainkan beberapa instrumen
yang akhirnya dimanfaatkan untuk album First. Maka, lahirlah New York Mining
Disaster 1941 yang langsung duduk di peringkat ke-12 tangga lagu di Inggris
bulan Mei 1967.
Tak lama kemudian, lahirlah To Love Somebody. Dan setelah
Epstein meninggal dunia sekaligus mewariskan NEMS kepada saudaranya, Stigwood
membentuk perusahaannya sendiri bernama RSO (Robert Stigwood Organization) yang
mengandalkan Bee Gees sebagai mesin uang yang paling produktif. Bulan Oktober
1967, Massachusetts mendobrak tanggal lagu di urutan teratas. Menjadi wajar
ketika Stigwood mendesak Bee Gees melancarkan tur dunia, termasuk ke Amerika
Serikat (AS), yang segera terpikat kepada band yang lagu-lagunya selalu
berkonotasi patah hati ini. Orang-orang di lingkar terdekat keluarga Gibb sering
mengatakan bahwa Barry, Robin, dan Maurice sesungguhnya lebih berbakat untuk
menjadi pelawak. Bermodalkan rasa humor Inggris yang kering dan pandai
mempertunjukkan jenis komedi slapstick di panggung, ketiga bersaudara itu
ternyata tak kuat menanggung beban menjadi grup musik tenar. Setelah I’ve Gotta
Get A Message To You menjadi lagu nomor satu di AS, mulai terlihat tanda-tanda
yang tidak beres. Persaingan untuk menjadi vokalis antara Barry dan Robin, yang
sama-sama menjadi penenggak narkoba berat, semakin tidak terkendalikan.
Sementara Mo berubah menjadi penderita alkoholik kelas wahid yang bolak-balik
masuk ke pusat rehabilitasi. Tur dunia mereka mencatat sukses luar biasa, namun
Robin harus dirawat di rumah sakit karena nervous breakdown. Bulan Maret 1969,
Robin keluar dari Bee Gees karena karyanya, Lamplight, dikorbankan di Muka B
single mereka demi First Of May hasil gubahan Barry. "Kami masing-masing
mempunyai penasihat yang selalu mengatakan bahwa setiap kami mempunyai peranan
lebih penting dari yang lainnya. Masing-masing ingin menjadi pemimpin," kata
Barry.
Ketika merekam album konsep Odessa, ketiga bersaudara itu tidak pernah
mau berada di dalam ruangan yang sama. Setelah Robin keluar, Barry dan Maurice
di bulan Agustus 1969 memulai proses pembuatan album Cucumber Castle yang
melahirkan hit Don’t Forget To Remember yang menduduki urutan kedua tangga lagu
Inggris. Ironisnya, tak lama kemudian, hit Robin yang bersolo karier, Saved By
The Bell, juga menggapai urutan kedua juga. Selama tahun 1969, Bee Gees
mengumpulkan keuntungan bersih tiga juta poundsterling, sebuah jumlah yang
mencengangkan. Album kompilasi Best Of Bee Gees pada bulan November 1969
langsung terjual lebih dari tiga juta kopi. Sebulan kemudian, Barry menyatakan
keluar dari Bee Gees dengan alasan "bosan, kesepian, dan sangat kecewa".
Akhirnya, grup yang sepanjang 1967 dan 1968 mencetak tujuh nomor di Top Ten,
hanya meninggalkan Mo seorang diri. Mereka reuni tahun 1971 dan langsung
mencetak hit nomor satu lagi melalui How Can You Mend A Broken Heart. Setelah
itu pamor mereka turun dan kehidupan tiga bersaudara tersebut diramaikan oleh
begitu banyak masalah, seperti perceraian, pemakaian alkohol dan narkoba secara
berlebihan. Bee Gees baru berkibar kembali ketika merilis album Main Course
tahun 1975 lewat hit Jive Talking dan Nights On Broadway, disusul album Children
Of The World setahun kemudian yang lagi-lagi melahirkan hit You Should Be
Dancing. Adalah produser terkenal Arif Mardin, yang dianggap sebagai paman oleh
Gibb bersaudara, yang menganjurkan Barry untuk bernyanyi dengan suara falsetto.
"Anjuran ini saya ikuti ketika merekam Nights On Broadway. Dia bilang, "Bisakah
kami berteriak dengan suara falsetto?" tutur Barry dalam acara Larry King Live.
Dengan ajimat falsetto itulah Bee Gees merajai dunia disko melalui film Saturday
Night Fever.
Setelah itu, karier mereka termasuk mulus karena mampu menyesuaikan
diri dengan zaman. Bee Gees bukan cuma memproduksi album-album yang tidak
membosankan, tetapi juga menjadi sumber rezeki bagi artis-artis lain yang
meminjam lagu-lagu karangan Barry, Robin, dan Mo. Bee Gees masih berada di
puncak dunia ketika merilis album dua album sekaligus tahun 2001, yakni This Is
Where I Came In dan Their Greatest Hits: The Record. Namun, secara mendadak
perjalanan mereka tiba-tiba harus selesai ketika Mo tutup usia pada 12 Januari
2003.Maka Bee Gees secara resmi dinyatakan bubar. Sebuah antiklimaks yang diatur
nasib yang menghentikan perjalanan yang amat panjang oleh tiga bersaudara yang
menghibur dunia tanpa penat selama lima dekade terakhir. (budiarto shambazy)